Monday, October 18, 2010

Lelaki Istimewa itu....

Sudah cukup lama aku mengenalnya. Tapi tak pernah kutemukan lelaki yang lebih baik darinya. Lelaki dengan sinar purnama di wajahnya. Ketampanan memancar bersama dengan keindahan akhlaknya. Wanita mana yang bisa lupa? Atau bisa berhenti mengenang dan menyebut namanya? Aku rasa tak ada.

Dialah lelaki dengan ketabahan teramat sangat bahkan di usianya yang sangat belia. Meninggal ayahnya saat ia dalam kandungan. Dan ibunya pergi untuk selamanya saat beliau masih sangat muda umurnya. Sang kakek tercinta-pun meninggalkannya saat ia berusia delapan tahun.

Dialah yang menjadi kekasih Allah dan menyampaikan risalahNya untuk seluruh umat manusia. Tak ada letih yang ia rasa. Tak ada keluh dari bibirnya.

Terkisahlah saat perjalanan menuju sebuah daerah bernama Thaif. Tempat dimana ia akan menyampaikan kebenaran kepada para penduduknya. Ia berjalan kaki 60 mil menuju tempat itu bersama pembantunya, Zaid bin Haritsah. Sepuluh hari lamanya ia di tempat itu untuk menyampaikan kebenaran, namun tak ada jawaban lain selain ‘keluarlah dari tempat ini’. Bahkan penduduk negeri itu menghadangnya dengan lemparan batu dan ucapan kotor, hingga bersimbahlah darah pada sandal beliau karena kakinya yang terluka. Sang pembantu yang setia tetap berdiri melindunginya hingga kepalanya pun terluka.  

Sakit dirasakannya hatinya karena begitu banyak orang-orang yang tak ingin menerima kebenaran yang ia bawa, bahkan membalasnya dengan sesuatu yang sangat menyakitkan. Beliau mengadu kepada Allah :
”Ya Allah! Sesungguhnya kepada-Mu lah aku mengadu kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hinadinanya diriku di hadapan manusia, wahai Yang Paling Pengasih diantara para pengasih! Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah, Engkaulah Rabbku, kepada siapa lagi Engkau menyerahkan diriku? (apakah) kepada orang yang jauh tetapi bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak ambil peduli, akan tetapi ‘afiat yang Engkau anugerahkan adalah lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan perantaraan Nur wajah-Mu yang menyinari segenap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murka-Mu kepadaku atau kebencian-Mu melanda diriku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi ridla. Tidak daya serta upaya melainkan karena-Mu”.

Namun saat malaikat penjaga gunung menawarkan padanya untuk meluluhlantakkan negeri dengan penduduk yang kepala batu itu, ia justru berkata :
Bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang menyembah Allah ‘Azza Wa Jalla semata, Yang tidak boleh disekutukan dengan sesuatupun”.

Subhanallah...

Dialah orang yang tidak pernah mengatakan tidak saat dimintai sesuatu. Tak pernah ingin disambut kedatangannya bak para raja. Ia menjenguk orang sakit dan duduk-duduk bersama kaum miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, mencuci pakaian, dan memerah susu dombanya sendiri. Padahal dialah lelaki yang paling mulia !

Hindun bin Abu Halah menggambarkan sifat beliau dan berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti tampak berduka, terus menerus berpikir, tidak punya waktu untuk beristirahat, tidak bicara jika tidak perlu, lebih banyak dia, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnyadan tidak dengan ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas maknanya, terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada yang sedang-sedang, tidak terlalu keras, dan tidak terlalu pelan, mengagungkan nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak pernah mencela rasa makanan dan tidak terlalu memujinya, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untuk kepentingan dirinya, lapang dada, jika memberi isyarat beliau memberi isyarat dengan seluruh telapak tangannya, jika sedang kagum beliau dapat membalik kekagumannya, jika sedang marah beliau berpaling dan nampak semakin tua, jika sedang gembira beliau menundukkan pandangan matanya. Tawanya cukup dengan senyuman, yang senyumnya mirip dengan butir-butir salju”

Ya, beliaulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Manusia paling mulia sepanjang masa. Lewat dirinyalah kenikmatan Islam hari ini dapat kita kecap. Apa yang dulu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bayar dengan rasa lelah bahkan dengan tetesan darah. Saat begitu banyak orang yang menyalahkan bahkan hingga menginginkan kematiannya. Namun ia tetap bertahan dan terus menyampaikan kebenaran.

Bahkan Allah Subhana Wata’ala berfirman memuji beliau,
“ Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al Qalam:4)

Allahummashalli ala Muhammad, wa ala ali Muhammad...

No comments:

Post a Comment